Rabu, 15 April 2015

1. KELOMPOK
1.1 Tipe-Tipe KELOMPOK
Kelompok adalah Sejumlah orang dengan norma-norma yang sama, nilai-nilai, dan harapan yang berinteraksi secara teratur. Tipe-tipe dari kelompok, yaitu:
  • Kelompok utama: Kelompok kecil dengan intim, face-to-face asosiasi dan kerjasama.
  • Kelompok sekunder:Formal, kelompok-kelompok impersonal dengan sedikit keintiman sosial atau saling pengertian
  • In-Group: Kelompok atau kategori dimana orang merasa milik mereka
  • Out-Group: Kelompok atau kategori yang dimana orang merasa mereka tidak termasuk didalamnya
  • Referensi kelompok: Kelompok manapun bahwa individu digunakan sebagai standar untuk mengevaluasi perilaku mereka sendiri. Referensi kelompok menetapkan dan menegakkan standar perilaku dan keyakinan. Seringkali dua atau lebih kelompok referensi, mempengaruhi kita pada saat yang sama.
  • Koalisi: Sementara atau permanen, aliansi diarahkan untuk tujuan bersama.
1.1.1 KELOMPOK KECIL
     Kelompok kecil adalah kelompok yang cukup kecil untuk semua anggota untuk berinteraksi secara simultan. Karena kelompok kecil beranggotakan sedikit orang, maka kelompok kecil memiliki peluang yang lebih besar dalam berinteraksi antar sesama anggota kelompok lainnya. Ukuran kelompok dari kelompok kecil:
·             Dyad: kelompok dua anggota
·             Triad: kelompok tiga anggota
1.1.2 GROUPTHINK
        Groupthink adalah tekanan kolektif untuk menyesuaikan diri dengan garis pemikiran yang dominan. Pemimpin pemerintahan tingkat tinggi dan  2. 

ORGANISASI
2.1. Organisasi Formal dan Birokrasi
2.1.1 Organisasi formal
Organisasi formal adalah kelompok yang dirancang untuk tujuan khusus dan terstruktur untuk efisiensi maksimum. Di AS, organisasi formal memenuhi berbagai variasi, kebutuhan pribadi dan masyarakat. 
2.1.2 Karakteristik Birokrasi
     Birokrasi adalah komponen organisasi formal yang menggunakan aturan dan peringkat hirarkis untuk mencapai efisiensi. Tipe ideal birokrasi menurut Weber, membangun atau model untuk mengevaluasi kasus-kasus tertentu. Weber menekankan kesamaan struktur dasar dan proses yang ditemukan dari perusahaan-perusahaan yang berbeda.


3. KELUARGA
Dalam teori, keluarga adalah set orang yang berhubungan dengan darah, perkawinan, atau lainnya yang disepakati hubungan, atau adopsi yang berbagi tanggung jawab utama untuk reproduksi dan merawat anggota masyarakat. Berikut adalah bentuk-bentuk dalam keluarga:
  • Nuclear Family: inti atau inti di mana kelompok-kelompok keluarga yang lebih besar dibangun.
  • Extended Family: keluarga yang tinggal di rumah kerabat sama dengan orang tua dan anak-anak mereka.
  • Monogami: bentuk perkawinan di mana satu perempuan dan satu laki-laki yang menikah hanya satu sama lain.
  • Poligami: ketika seorang individu memiliki beberapa suami atau istri secara bersamaan. Poligami adalah ilegal di Amerika Utara, tapi Amerika Utara melakukan praktek monogami serial, melalui beberapa pernikahan dan perceraian.
  • Poligini: perkawinan seorang pria untuk lebih dari satu wanita pada suatu waktu. Bahkan dalam budaya yang menyetujui poligami, monogami masih cenderung menjadi norma, terutama karena sebagian besar populasi cenderung memiliki rasio jenis kelamin yang sama. Poligami lebih umum daripada poliandri karena, di mana rasio seks yang tidak sama, ada cenderung lebih banyak perempuan daripada laki-laki. Beberapa istri cenderung juga berhubungan dengan kekayaan dan prestise (yang Kanuri Nigeria dan Betsileo digunakan sebagai contoh).
  • Poliandri: perkawinan seorang wanita untuk lebih dari satu suami pada saat yang sama. Poliandri cukup langka, yang dipraktekkan hampir secara eksklusif di Asia Selatan.Di antara Paris India, poliandri dikaitkan dengan populasi wanita yang relatif rendah, yang itu sendiri karena rahasia pembunuhan bayi perempuan. Poliandri biasanya dilakukan dalam menanggapi keadaan tertentu, dan dalam hubungannya dengan format pernikahan lainnya. Dalam budaya lain, poliandri dihasilkan dari fakta bahwa pria melakukan perjalanan banyak, sehingga beberapa suami memastikan kehadiran seorang pria di rumah.





Human Philoshopical Reflections 2: Knowledge, Intelligence, Affection, and Freedom

1. KNOWLEDGE (PENGETAHUAN)
   
     Pengetahuan tidak bisa dipandang seperti memandang suatu objek yang terdapat di sana, di depan subjek, yang dapat dijangkau oleh pandangan dan oleh tangan manusia. Permasalahan kritis di di sini adalah kompleksitas pengetahuan manusia yang sulit dijangkau secara lengkap, utuh, dan paripurna, oleh budi manusia yang terbatas. 

1.1 Macam-Macam Pengetahuan
  • Pengetahuan Indrawi Lahir atau Indrawi Luar: Jika orang dapat mencapai pengetahuan secara langsung melalui penglihatan, pendengaran, pembau, perasaaan, serta peraba setiap kenyataan yang mengelilinginya.
  • Pengetahuan Indrawi Batin: Ketika pengetahuan menampakkan dirinya kepada orang dengan ingatan dan khayalan, baik mengenai apa yang tidak ada lagi atau yang belum pernah ada maupun yang terdapat di luar jangkauannya.
  • Pengetahuan Perspektif: Ketika pengetahuan muncul secara spontan, memungkinkan orang untuk menyesuaikan dirinya secara langsung dengan situasi yang disajikan. Pengetahuan ini menyatakan dirinya dengan gerakan tangan, tingkah laku, sikap-sikap, tindakan, serta teriakan daripada dengan perkataan yang dipikirkan atau dengan keterangan yang jelas.
  • Pengetahuan Refleksif: Ketika pengetahuan itu membuat objektif kodrat dari suatu realitas apapun juga. Pengungkapannya adalah baik dalam bentuk ide, konsep, definisi, serta putusan-putusan maupun dalam bentuk lambang, mitos, atau karya-karya seni.
  • Pengetahuan Diskursif: Ketika pengetahuan itu memperhatikan suatu aspek dari benda kemudian suatu aspek yang lain. Ketika pengetahuan itu pergi dan datang dari keseluruhan ke bagian-bagian, dan dari bagian-bagian ke keseluruhan. 
  • Pengetahuan Intuitif: Ketika pengetahuan menangkap atau memahami secara langsung benda atau situasi dalam salah satu aspeknya, keseluruhan dalam satu bagian, sebab dalam akibat, konsekuensi dalam prinsip, dan sebagainya.
  • Pengetahuan Induktif: Bila menarik yang universal dari yang individual
  • Pengetahuan Deduktif: Bila menarik yang individual dari yang universal
  • Pengetahuan Kontemplatif: Bila mempertimbangkan benda-benda dalam dirinya dan untuk dirinya sendiri
  • Pengetahuan Spekulatif: Bila mempertimbangkan benda-benda dalam bayangan-bayangan dan ide-ide, atau konsep-konsep tentang benda-benda itu 
  • Pengetahuan Praktis: Kalau mempertimbangkan benda-benda menurut dari bagaimana mereka bisa dipergunakan
  • Pengetahuan Sinergis: Kalau merupakan akumulasi dari seluruh daya kemampuan dari subjek (yang sedang mengetahui)
2. INTELLIGENCE (KECERDASAN)
2.1 Pengertian 
     Istilah intelegensi  diambil dari kata intellectus dan kata kerja intellegere (dalam bahasa latin). Kata intellegere terdiri dari kata intus yang artinya dalam pikiran atau akal, dan kata legere yang berarti membaca atau menangkap. Kata intellegere dengan ini berarti membaca dalam pikiran atau akal segala hal dan menangkap artinya yang dalam. Inteligensi adalah kegiatan dari suatu organisme dalam menyesuaikan diri dengan situasi-situasi, dengan menggunakan kombinasi fungsi-fungsi seperti persepsi, ingatan, konseptual, abstraksi, imajinasi, atensi, konsentrasi. Pada tingkat yang lebih tinggi, intelegensi juga dapat diartikan sebagai proses pemecahan masalah-masalah dengan pemikiran abstrak.

2.2 Bentuk-Bentuk Kegiatan Intelektif Manusia
  • Pengetahuan Intelektif Paling Rendah (Persepsi): Digerakkan secara tidak sadar dan prareflektif. Misalnya tampak pada refleksi spontan, prasadar, dan prapribadi.
  • Pengetahuan Intelektif Penampakan (Aprehensi): Bentuk pengetahuan dimana sudah terdapat kesadaran, meskipun subjek menerima apa yang terjadi pada dirinya secara pasif tanpa diinginkannya. Heidegger dalam pandangan fenomologi eksistensialnya antara lain menyebut kegiatan inteligensi ini sebagai sesuatu penerangan atau satu tindakan penyingkapan dan pemanifestasian.  
  • Pengetahuan Intelektif Insight: 
Penangkapan intelektual secara mendadak mengenai objek. Melalui tahap ini intelegensi manusia tidak hanya menyeadari secara pasif apa yang terjadi, tetapi berusaha untuk menangkap esensi atau hakikat atau inti peristiwa tertentu.
  • Pengetahuan Intelektif Diskursif: Istilah diskursif dari kata di-curres artinya berlari ke berbagai arah melalui induksi, deduksi, refleksi, subjektif-objektif, dan sebagainya. (Leahy, 1993: 132).
  • Pengetahuan Intelektif Tahap yang Lebih Tinggi: Keputusan atau keyakinan akan kebenaran atau kesalahan dari hasil penyelidikan tertentu. Putusan ini lebih bersifat reflektif, sebab penguatan atau afirmasi (penetapan yang positif, penegasan, peneguhan) yang diberikan sungguh-sungguh didasarkan pada landasan yang bisa dipertanggungjawabkan.
3. AFFECTION (AFEKTIVITAS)
     Cipta (kognisi), karsa (konasi), rasa (afeksi), itulah trias-dinamika, atau manusia sebagai trias-dinamika. Diakui bahwa manusia tidak hanya memiliki kemampuan kognitif-intelektual, tetapi juga afektivitas. Di samping pengetahuan, afektivitas juga membuat manusia berada secara aktif dalam dunianya serta berpartisipasi dengan orang lain dan dengan peristiwa-peristiwa dunianya. Afektivitas berbeda dengan pengetahuan, namun menjadi penggerak atau penyebab dan sekaligus akibat dari proses pengetahuan manusia dalam arti penerapannya dalam bentuk perbuatan atau tindakan. Untuk mencapai afektivitas, subjek harus berada dalam kondisi dimana subjek akan melahirkan kegiatan afektif. Adapun kondisi-kondisi tersebut ialah:
  • Pertamaantara subjek dan objek harus ada ikatan kesamaan atau kesatuan itu sendiri, karena ketika tisak ada kesamaan maka tidak akan ada afektivitas. 
  • Keduanilai (baik dan buruk), dalam kondisi ini, ketika objek dipandang memiliki sebuah nilai maka subjek akan melahirkan kegiatan afektif, karena afektivitas itu sendiri adalah berdasar pada kecintaan akan sesuatu maka subjek pada akhirnya akan melahirkan kegiatan afektif untuk menolak atau menerima.
  • Ketigasifat dasariah dan kecendrungan kognitif, pada kondisi ini subjek akan dalam melakukan sebuah afektif harus ditunjang dengan sebuah sifat dasariah yang akan mendorong sia untuk lebih cenderung berkeinginan akan sesuatu yang akan menimbulkan afektivitas yang sesuai dengan sifat dasariah tersebut. 
  • Keempatmengenal adalah kausa dari afektivitas. Dalam proses mengenal subjek akan mengalami kondisi dimana dia harus berusaha mendefinisikan objek yang akan dikenalinya dan ketika definisi tentang objek tersebut telah tercapai maka pada akhirnya akan lahir keputusan afektif.
  • KelimaImajinasi. Untuk menimbulkan kegiatan afektif maka imajinasi dapat menjadi sebuah pendorong, semangat, memengaruhi, bahkan membohongi. 
4. FREEDOM (KEBEBASAN)
4.1 Pengertian
     Manusia mungkin akan merealisasikan dirinya secara penuh jika ia bebas. Gagasan kebebasan semacam ini selalu aktual dalam hidup manusia selain karena kebebasan merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari diri manusia, juga karena kebebasan itu dalam kenyataannya merupakan suatu yang bersifat "fragile" (bersifat sensitif dan rapuh). Manusia adalah makhluk yang bebas, namun sekaligus manusia adalah makhluk yang harus senantiasa memperjuangkan kebebasannya. "Freedom is Self Determination". Berdasarkan pengertian itu dapat dikatakan bahwa kebebasan merupakan sesuatu sifat atau ciri khas perbuatan dan kelakuan yang hanya terdapat dalam manusia dan bukan pada binatang atau benda-benda.

4.2 Tiga Bentuk Kebebasan Menurut Louis Leahy
  • Kebebasan Fisik: Ketiadaan paksaan fisik. Artinya adalah tidak adanya halangan atau rintangan-rintangan eksternal yang bersifat fisik atau material.
  • Kebebasan Moral: Ketiadaan paksaan moral hukum atau kewajiban. Kebebasan moral berbeda dengan kebebasan psikologis. Namun keduanya memiliki hubungan yang sangat erat. Kebebasan moral moral mengandaikan kebebasan psikologis, namun jika ada kebebasan psikologis, belum tentu ada kebebasan moral. Kebebasan moral dapat dibatasi dengan pemberian larangan atau pewajiban secara moral.
  • Kebebasan Psikologis: Ketiadaan paksaan secara psikologis. Mempunyai kemampuan untuk mengarahkan hidupnya, kebebasan berkehendak dan memilih.
Disarikan Oleh:
1.     Disarikan Binusmaya Pertemuan ke-5. (26-27 Mar 2015) GSLC. Human Philosophical Reflections 2 Knowledge, Intelligence, Affection, and Freedom. Copyright 2002 by The McGraw-Hill Companies, Inc. All rights reserved 
2.     Disarikan KBBI. KBBI Online ini dikembangkan oleh Ebta Setiawan copyright 2012-2015 versi 1.4. Database utama merupakan Hak Cipta Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kemdikbud (Pusat Bahasa)http://kbbi.web.id/afirmasi